BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wanita
berdikari atau wanita berwirausaha sudah sejak lama menjadi pemikiran dan isi
hati Ibu Kartini. Dunia bisnis atau dunia wirausaha bukan milik kaum Adam
semata sebagai pemain tunggal, tapi dunia ini sudah menjadi trend masa kini
buat wanita. Jumlah wanita yang terjun di dunia wirausaha tidaklah sedikit.
Bahkan tidak jarang di berbagai perusahaan besar, wanitalah yang memegang
peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa wanita bisa
disejajarkan dengan pria dari segi bisnis.
Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96): Sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak beliau berumur 16 tahun, sejak sekitar tahun 1893. Hal ini dapat dibuktikan dari hampir semua tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan watak dan pembentukan watak di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan watak, Ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya kepercayaan pada diri sendiri.
Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96): Sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak beliau berumur 16 tahun, sejak sekitar tahun 1893. Hal ini dapat dibuktikan dari hampir semua tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan watak dan pembentukan watak di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan watak, Ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya kepercayaan pada diri sendiri.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Riwayat Singkat RA. Kartini
2.
Bagaiamanakah Dorongan RA Kartini dalam bidang Kewirausahaan bagi kaum
Wanita?
1.3.
Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “ Jasa
Kewirausahaan” Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sebelas April Sumedang, juga
tujuan penulis agar mengetahui, paham dan dapat mengembangkannya dalam keseharian.
1.4.
Sistematika
Makalah ini dibuat
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
1.4.
Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Biografi RA Kartini
2.2.
Riwayat RA. Kartini
2.3.
Dorongan RA. Kartini dalam Bidang Wirausaha
Wanita
BAB II PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Biografi RA. Kartini
Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih
tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh dari suku Jawa
dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan di Indonesia.
Raden Adjeng Kartini adalah
seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ayahnya bernama Raden
Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ibunya bernamaM.A.
Ngasirah (Istri Pertama namun bukan istri Utama)*.
Kartini adalah anak ke-5
dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari semua saudara sekandung, Kartini
adalah anak perempuan tertua. Kakeknya adalah Pangeran Ario
Tjondronegoro IV, yang diangkat sebagai bupati dalam usia 25 tahun. Kakak
Kartini bernama Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam
bidang bahasa.
Berikut ini adalah biodata lengkap Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal dengan sebutan R.A
Kartini atau Ibu Kartini:
Nama
Lengkap : Raden Ajeng Kartini
Tanggal Lahir : 21 April 1879
Tempat Lahir : Jepara, Jawa Tengah
Meninggal : 17 September 1904
Tanggal Lahir : 21 April 1879
Tempat Lahir : Jepara, Jawa Tengah
Meninggal : 17 September 1904
Kartini bersekolah hingga
usia 12 tahun di ELS Europese Lagere School). Setelah 12 tahun, beliau harus
tinggal dirumah untuk dipingit**. Dalam masa pingitan, Kartini kemudian belajar
sendiri di rumah. Dengan bekal kemampuannya berbahasa Belanda, Kartini kemudian
menjalin hubungan korespondensi dengan teman-teman dari negeri Belanda. Dari
hubungan surat-menyurat itulah Kartini banyak tertarik dengan
pemikira-pemikiran maju perempuan Eropa. Dari titik inilah semua berawal, dari
sebuah pemikiran seorang perempuan muda Kartini, yang kemudian mengubah sejarah
Bangsa Indonesia.
Kartini disuruh menikah
oleh orang tuanya, dengan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih
Djojo Adhiningrat, yang telah memiliki tiga istri. Kartini kemudian menikah
pada tanggal 12 November 1903.
Sebagai seorang suami,
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat sangat mengerti keinginan
Kartini. Beliau kemudian mendukung cita-cita Kartini untuk mendirikan Sekolah
wanita. Sekolah Wanita pertama yang didirikan adalah Sekolah Wanita di Rembang,
tepatnya di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau
di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Dari pernikahannya dengan
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini melahirkah seorang putra
bernama R.M. Soesalit yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari
setelah melahirkan putra pertama sekaligus terakhirnya, Kartini menghembuskan
nafas terakhir yaitu pada tanggal 17 September 1904. pada saat meninggal,
Kartini berusia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Sebuah organisasi bernama
Yayasan Kartini kemudia melanjutkan perjuangan Kartini dengan mendirikan
Sekolah Wanita di Semarang pada tahun 1912, dan kemudian di Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut
adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh
keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Habis Gelap Terbitlah
Terang adalah buku yang dikarang Kartini. Judul aslinya adalah‘Dari Gelap
Menuju Terang’. Kartini mendapatkan inspirasi tersebut dari kalimat Kitab
Suci ‘mina dulumati ila nuur’.***
Surat Kartini yang
legendaries dan banyak diterbitkan dalam bentuk buku adalahHabis Gelap
Terbitlah Terang (Door Duisternis Tot Licht). Surat-surat itu
pertama kali di bukukan oleh J.H. Abendanon, yang pada saat itu
menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.
Sekalipun banyak kontroversiyang timbul dari penerbitan buku
tersebut, namun buah pemikiran Kartini tersebut banyak sekali memberikan
kontribusi bagi Bangsa Indonesia, kini dan masa yang akan datang.
Kutipan :
* Hal ini disebabkan karena
M.A Ngasirah bukanlah bangsawan dari kelas yang tinggi. Pada waktu itu untuk
menjadi seorang Bupati, harus beristrikan seorang bangsawan. Maka ayah R.A
Kartini kemudian menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), yang
merupakan keturunan langsung Raja Madura.
** Pada masa itu, seorang
perempuan ketika beranjak dewasa haruslah dipingit untuk kemudian di nikahkan
dengan calon suaminya kelak..
2.2. Riwayat RA Kartini
Raden Ajeng Kartini
dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan 127 tahun yang
lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu, yaitu
Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu
Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum wanita
penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala
perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan bertugas tidak
lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur
rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak-injak harkat dan
martabatnya sebagai manusia.
Daya berpikir kaum wanita
tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya, kaum wanita tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan dirinya untuk melebihi dari apa yang diterimanya
dari alam. Karena kaum wanita tidak berdiri kesempatan untuk belajar membaca,
menulis dan sebagainya. Dengan kata lain kaum wanita hanya mempunyai kewajiban
tetapi tidak mempunyai hak sama sekali.
Raden
Ajeng Kartini yang telah meningkat dewasa pada waktu itu, tidak dapat melihat
kenyataan ini meskipun beliau dilahirkan didalam lingkungan ditengah-tengah
kebangsawanan atau keningratan yang pada waktu itu mempunyai taraf kehidupan
sosial yang sangat berbeda dengan masyarakat banyak yang hidup didalam
lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang kebebasan tetapi beliau tidak
segan-segan turun kebawah bergaul dengan masyarakat biasa, untuk mengembangkan
ide dan cita-citanya yang hendak merombak status sosial kaum wanita, dan
cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan semboyan : "Kita harus
membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita yang sesuai dengan
keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus mendapat
pendidikan yang cukup seperti halnya kaum laki-laki".
Dengan
melanggar segala aturan-aturan adat pada saat itu, Raden Ajeng Kartini mendapat
kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum
penjajah belanda pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan-kegiatan
kewanitaan lainnya.
Dengan
pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Raden Ajeng Kartini secara
berangsur-angsur dan setahap demi setahap tapi pasti berusaha menambah
kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Perkawinan
Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati
Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di daerah inilah beliau dengan
gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami, dalam
usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan perjuangan sangat menentukan pula karena
dengan dorongan dan bantuan suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah
kepandaian putri dan disanalah beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita,
seperti belajar jahit menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha
Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan
kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang
tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai
hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan
hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau
juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan
maju jika kaum wanita ketinggalan.
Sewaktu RA Kartini
dilahirkan, ayahnya masih berkedudukan sebagai Wedono Mayong, sedangkan ibunya
adalah seorang wanita berasal dari desa Teuk Awur yaitu Mas Ajeng Ngasirah yang
berstatus garwo Ampil. RMAA Sosroningrat dan urutan keempat dari ibu kandung
Mas Ajeng Ngasirah, sedangkan eyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang
Ulama Besar pada jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah.
Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putrid bangsawan yang
dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung bangsawan tinggi madura yaitu raden
ajeng Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara
sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan
putera sebanyak 11 (sebelas) orang.
Mula pertama udara segar
yang dihirup RA KArtini adalah udara desa yaitu sebuah desa di Mayong yang
terletak 22 km sebelum masuk jantung kota Jepara. Disinilah nia dilahirkan oleh
seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedono
Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan
mata bulat berbinar-binar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa
depan yang penuh tantangan.
Hari demi hari beliau
tumbuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas, berlari kian kemari,
hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan
kegesitannya bergerak ia mendapat julukan “TRINIL” dari ayahnya. Kemudian
setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya RA Roekmini
dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA Sosroningrat diangkat sebagai Bupati
Jepara dan beliau bersama keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di
Jepara.
Pada tahun yang sama lahir
pula adiknya yang diberi nama RA Kardinah sehingga si trinil senang dan genbira
dengan kedua adiknya sebagai teman bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten yang
luas lagi megah itu semakin memberikan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan
setiap langkah RA Kartini.
Sifat serba ingin tahu RA
Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan
jiwanya. Memang sejak semula RA Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif
dibandingkan dengan saudara perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan RA
Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang
dikenal dengan nama “TIGA SERANGKAI” meskipun dia agak diistimewakan dari yang
lain.
Agar puterinya lebih
mengenal daerah dan rakyatnya RMAA Sosroningrat sering mengajak ketiga
puterinya tourney dengan menaiki kereta.
Ini semua hanya merupakan
pendekatan secara terarah agar puterinya kelak akan mencintai rakyat dan
bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan RA Kartini
danadik-adiknya serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah dewasa.
Saat mulai menginjak bangku
sekolah “EUROPESE LAGERE SCHOOL” terasa bagi RA Kartini sesuatu yang
menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA
Kartini cepat disenangi teman-temannya. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat
menyaingi anak-anak Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda
pun RA Kartini dapat diandalkan.
Menjelang kenaikan kelas di
saat liburan pertama, NY. OVINK SOER DAN SUAMINYA MENGAJAK ra Kartini beserta
adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang
letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan
hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat
surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua
adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari
ombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan
singkat yaitu pantai Bandengan.
Kemudian Ny. Ovink Soer
mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hamper sama dengan
bandengan namanya “Klein Scheveningen” secara spontan mendengar itu RA Kartini
menyela……..kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klein
Scheveningen”.
Selang beberapa tahun kemudian
setelah selesai pendidikan di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke
sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini karena
terbentur pada aturan adapt apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita seperti dia
harus menjalani pingitan.
Memang sudah saatnya RA
Kartini memasuki masa pingitan karena usianya telah mencapai 12 tahun lebih,
ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada
dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan
keinginannya yang tak kenal putus asa RA Kartini berupaya menambah
pengetahuannya tanpa sekolah karena menyadari dengan merenung dan menangis
tidaklah akan ada hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu
adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari
ayahnya.
Beliau pernah juga
mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata
dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai
pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang
namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.
Walaupun RA Kartini tidak
berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama
Kartini yaitu sekolah pertama gadis-gadis priyayi Bumi Putera telah dibina
diserambi Pendopo belakang kabupaten. Hari itu sekolah Kartini memasuki
pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida dimana RA Kartini sedang
menyelesaikan lukisan dengan cat minyak. Murid-murid sekolahnya mengerjakan
pekerjaan tangan masing-masing, ada yang menjahit dan ada yang membuat pola
pakaian.
Adapun Bupati RMAA
Sosroningrat dan Raden Ayu tengah menerima kedatangan tamu utusan yang membawa
surat lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal
sebagai Bupati yang berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 November
1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati
Djojodiningrat dengan cara sederhana.
Pada saat kandungan RA
Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat
pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya
telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang
menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu.
Pada tanggal 13 September
1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM.
Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan
perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini
menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.
Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah
dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang
ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku
“HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.
2.3. Dorongan RA Kartini dalam Bidang Wirausaha bagi
Wanita
Wanita
berdikari atau wanita berwirausaha sudah sejak lama menjadi pemikiran dan isi
hati Ibu Kartini. Dunia bisnis atau dunia wirausaha bukan milik kaum Adam
semata sebagai pemain tunggal, tapi dunia ini sudah menjadi trend masa kini
buat wanita. Jumlah wanita yang terjun di dunia wirausaha tidaklah sedikit.
Bahkan tidak jarang di berbagai perusahaan besar, wanitalah yang memegang
peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa wanita bisa
disejajarkan dengan pria dari segi bisnis.
Diungkapkan
oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96): Sesungguhnya Ibu Kartini telah
merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak beliau berumur 16 tahun, sejak
sekitar tahun 1893. Hal ini dapat dibuktikan dari hampir semua tulisan Ibu
Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dengan
judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap halaman
surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan watak dan
pembentukan watak di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan watak, Ibu
Kartini yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak bergantung
dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya kepercayaan
pada diri sendiri.
Surat-surat
Ibu Kartini dibukukan pula dengan judul Letters of A Javanese Princess dan
beredar di Amerika semenjak tahun 1921 oleh Charles Scribner Sons, New York.
Penerjemahnya yang bernama Agnes Louise Symmers menyebutkan bahwa Ibu Kartini
dalam perjuangannya menyadari bahwa The freedom of women could only
come through economic independence (kebebasan wanita hanya bisa datang
dari kebebasan ekonomi).
Perjuangan
Kartini bukan hanya kaum wanita saja, tetapi dia berjuang untuk seluruh
kemanusiaan yang selama ini tidak bisa dilakukan oleh wanita.
Walaupun
usia beliau hanya mencapai 25 tahu, tapi beliau berhasil menyajikan karya tulis
sebanyak kurang lebih 450 halaman, yamg mana karya tulis tersebut mengandung
kepadatan kata-kata dengan arti yang sangat dalam, keras, dan mengesankan.
Kemampuan
berwirausaha bisa kita ukur dengan skala minat dan keinginan dalam
berwirausaha, meskipun skala tersebut tidak mutlak kebenarannya, akan tetapi
setidaknya bias menjadi toak ukur sejauh mana minat usaha kita, atau minat kita
dalam berwirausaha.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Raden
Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan
127 tahun yang lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu
itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati
Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib
kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan
dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka,
dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu
mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan
diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Usaha-usaha
Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan
kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang
tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai
hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan
hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau
juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan
maju jika kaum wanita ketinggalan.
3.2. Saran
Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan
perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita
Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita
kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.
Mari kita pertahankan hasil perjuangan para
pahlawan dengan mengisi kemerdekaan dengan penuh kedamaian dan perdamaian
bangsa.
DAFTAR PUSKATAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar